ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
Oleh: Ahmad Nizar
Artikel ini diajukan untuk memenuhi tugas Ilmu Alamiah Dasar
Islam adalah agama akal dan hati nurani. Seseorang memahami kebenaran yang diberitakan oleh agama dengan menggunakan kearifannya, serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari alam di sekitarnya menggunakan hati nuraninya. Seseorang yang menggunakan akal dan hatinya dalam memahami sifat-sifat benda apa pun di alam semesta ini, bahkan meskipun ia bukan pakar dalam masalah tersebut, akan memahami bahwasanya itu semua diciptakan oleh Sang Pemilik Kebijaksanaan, Ilmu, dan Kekuasaan yang agung. Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya “tunduk patuh”, mempunyai makna “tunduk patuh kepada kehendak atau ketentuan Allah”. Dalam Surat Ali Imran ayat 83, Allah menegaskan bahwa seluruh isi jagat raya, baik di langit maupun di bumi, selalu berada dalam keadaan islam, artinya tunduk patuh kepada aturan-aturan Ilahi. Allah memerintahkan manusia untuk meneliti alam semesta yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu manusia takkan mampu menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, kata alam dan ilmu mempunyai akar huruf yang sama: ain-lam-mim.
Bagian yang terbanyak dari pada ayat-ayat Al-Qur’an adalah perintah Allah kepada manusia agar menalari alam sekelilingnya. Dan setelah maju ilmu pengetahuan modern, bertambah jelas pula arti yang dikandung dalam ayat-ayat itu. Semuanya ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an bukanlah karangan Nabi Muhammad s.a.w., melainkan langsung turun dari Allah SWT.
Umat Islam adalah umat ilmu pengetahuan. Sejak pertama diturunkan, Islam sangat menekankan pentingnya pengetahuan. Bahkan, wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada umat ini adalah perintah untuk menggali ilmu pengetahuan “Bacalah!”.
Ironisnya, umat Islam saat ini justru sangat tertinggal oleh umat atau bangsa lain dalam hal ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, sejak 100 tahun lalu, tidak ada muslim yang menerima hadiah Nobel kecuali dua orang: seorang ilmuwan Pakistan dan Dr. Ahmad Zuweil (sekarang ditambah dengan Muhamad Yunus Bangladesh, itupun nobel di bidang perdamaian dengan konsep Grameen Bank yang justru kontra-produktif dengan ajaran Islam karena masih memberlakukan riba). Pemenang hadiah Nobel saat ini, mayoritas didominasi oleh Barat seperti Amerika dan Inggris.
Mayoritas umat Islam di dunia menjadi bangsa yang terbelakang. Di Arab, negeri di mana Islam diturunkan, angka buta hurufnya mencapai 60%. Di Indonesia sendiri, jumlah penduduk yang buta huruf kemungkinan jauh lebih tinggi, yang dicerminkan oleh tingginya angka kemiskinan dan rendahnya human development index (HDI). Tak diragukan lagi, bahwa permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam dunia pada umumnya dan umat Islam Indonesia khususnya disebabkan karena lunturnya citra umat Islam sebagai ‘umat ilmu pengetahuan’.
Pandangan al qur’an terhadap ilmu pengetahuan
Telah diketahui dari al-Quran bahwa Nabi Adam AS diistimewakan melebihi malaikat dengan kebaikan pengetahuan yang diberikan Allah kepadanya. Kisah dari al-Quran menyangkal Injil yang menyebutkan orang Islam dianggap menyimpang. Menurut al-Quran, kenyataan bahwa Nabi Adam diberi pengetahuan adalah sebuah tanda kehormatan dan bukan karena pengusirannya dari surga. Oleh karena itu, jika seseorang membicarakan Islam dan ilmu pengetahuan dengan para pemikir Barat, mereka cenderung mengharapkan argumen yang sama dengan apa yang ada dalam budaya dan agama mereka. Itulah mengapa mereka memberi reaksi dengan keterkejutan ketika mereka ditunjukkan dengan fakta yang jelas sekali dari al-Quran dan Sunnah. Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia. Sebagai contoh ayat di bawah:
Sebagai contoh, dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 30 Allah SWT berfirman: “Tidakkah orang-orang kafir itu tahu bahwa langit dan bumi mulanya berpadu, lalu Kami pisahkan keduanya. Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Tidakkah mereka percaya?”. Ayat yang diwahyukan Allah pada abad ke-7 ini baru jelas maknanya setelah ilmu kosmologi dan ilmu biologi berkembang pada abad ke-20. Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini. Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33). Baru pada tahun 1929 dunia astronomi menyadari bahwa galaksi-galaksi saling menjauhi satu sama lain, dan ini berarti bahwa alam semesta berada dalam keadaan berekspansi atau mengembang. Baru pada tahun 1965 ditemukan bukti-bukti ilmiah bahwa pada mulanya seluruh isi alam semesta ini berpadu dalam tingkat kepadatan yang tidak terhingga (infinite density), lalu dengan proses Dentuman Akbar (Big Bang) pada sekitar 14 miliar tahun yang silam maka terciptalah alam semesta ini.
Demikian pula dunia biologi baru pada abad ke-20 mengetahui bahwa 80% penyusun sel-sel makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan, mikroorganisme) adalah air. Seluruh metabolisme dalam tubuh makhluk hidup hanya dapat berlangsung dalam lingkungan pelarut air. Kehidupan di muka bumi baru terbentuk setelah adanya air. Banyak makhluk hidup yang tidak memerlukan udara atau oksigen, tetapi tidak ada yang mampu survive tanpa air.
Masih banyak ayat Al-Qur’an tentang fenomena alam yang harus digali dan dikembangkan oleh para ilmuwan dan intelektual Muslim. Kita sering lupa bahwa di samping ayat-ayat Qur’ani (yang tertulis dalam Al-Qur’an), terdapat lebih banyak lagi ayat-ayat Kauni, yaitu hukum-hukum Allah yang terdapat dalam makhluk ciptaan-Nya. Dalam Surat Fushshilat ayat 53, Allah SWT berfirman: “Akan Kami perlihatkan pada manusia ayat-ayat Kami di segenap penjuru dan dalam kehidupan mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu benar”.
Usaha-usaha manusia untuk menggali dan meneliti ayat-ayat Allah di segenap penjuru alam semesta melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences), sedangkan usaha-usaha manusia untuk menggali dan meneliti ayat-ayat Allah dalam kehidupan manusia melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan budaya (social and cultural sciences). Salah satu perintah Allah yang belum maksimal kita laksanakan adalah penguasaan ayat-ayat Allah yang bertebaran di alam semesta melalui ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan didasari iman dan taqwa (IMTAQ). Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kemajuan Barat dalam ilmu pengetahuan adalah karena mewarisi dan meneruskan ilmu pengetahuan umat Islam di abad-abad pertengahan. Patut dicatat bahwa supremasi kaum Muslimin selama delapan abad jauh lebih lama daripada supremasi Barat sekarang (sejak abad ke-18). Dan umat Islam di mana saja diliputi oleh optimisme bahwa supremasi itu akan kembali ke tangan mereka, asalkan mereka konsisten kepada ajaran Al-Qur’an. Marilah kita perhatikan intisari ajaran Al-Qur’an tentang sains dan teknologi. Pertama, Allah menciptakan alam semesta dengan haqq (benar) kemudian mengaturnya dengan hukum-hukum yang pasti (Al-A`raf 54, An-Nahl 3, Shad 27). Kedua, manusia diperintahkan Allah untuk meneliti dan memahami hukum-hukum Allah di alam semesta (Ali Imran 190-191, Yunus 101, Al-Jatsiyah 13). Ketiga, dalam memanfaatkan hukum-hukum Allah di alam semesta yang melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia harus berwawasan lingkungan dan dilarang untuk merusak atau membuat pencemaran (Al-Qasas 77, Ar-Rum 41).
Tuntutan Islam dalam Menuntut Ilmu
Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi dalam buku Be Smart Muslim, hal yang pertama dilakukan oleh seorang muslim adalah membaca Alquran dengan baik dan memahami maknanya. Setelah itu, hadits, sirah Nabawiyah, dan figur-figur utama dalam sejarah Islam; ilmu-ilmu fikih yang utama agar ibadahnya benar (bagi yang tidak mendalami syariah).
Selain itu, Islam memberikan tuntutan dalam menuntut ilmu. Pertama, menjadi mahir dalam bidangnya, tidak boleh setengah-setengah baik dalam ilmu syariah, maupun ilmu umum lainnya seperti ekonomi, matematika dan fisika.
Kedua, bersikap terbuka terhadap informasi di bidang-bidang lain (up to date). Dengan demikian, seorang muslim merupakan pribadi yang mengetahui banyak hal dan memiliki wawasan yang luas.
Ketiga, menguasai bahasa asing. Dalam kaitannya sebagai seorang muslim, penguasaan Bahasa Arab merupakan sebuah keharusan disamping menguasai bahasa asing yang lain.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, kita harus memiliki sikap-sikap intelektual yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an. Pertama, kritis terhadap permasalahan yang dihadapi, sebagaimana tercantum dalam Surat Al-Isra’ ayat 36: “Dan janganlah engkau ikuti sesuatu yang tiada padamu pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan isi hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”. Kedua, bersedia menerima kebenaran dari mana pun datangnya, sebagaimana tercantum dalam Surat Az-Zumar ayat 18: “Maka gembirakanlah hamba-hamba-Ku yang menginventarisasi pendapat-pendapat, lalu mengikuti yang terbaik. Mereka itulah yang memperoleh petunjuk Allah dan mereka itulah kaum intelektual”.
Ketiga, menggunakan daya nazhar (nalar) semaksimal mungkin, sebagaimana tercantum dalam Surat Yunus ayat 101: “Katakan: nalarilah apa yang ada di langit dan di bumi. Dan tidaklah berguna segala ayat dan peringatan itu bagi kaum yang tidak percaya”.
Pemahaman terhadap hukum-hukum Allah di alam semesta akan semakin menyadarkan kita bahwa dunia yang fana ini mempunyai awal dan akhir, serta sesudah kehidupan dunia ini akan datang kehidupan akhirat yang abadi. Hal ini ditegaskan Allah dalam Surat Ar-Ra`d ayat 2: “Allah telah meninggikan langit dengan tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia berkuasa di atas `Arasy. Dia menyediakan matahari dan bulan, yang beredar sampai waktu yang ditentukan. Dia mengatur urusan alam semesta. Dia menjelaskan ayat-ayat-Nya agar kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu”
Pada titik penting dalam sejarah saat ini, kita kaum Muslim memiliki tanggung jawab penting. Berkat globalisasi, dunia tengah berubah menjadi panggung pentas bagi berbagai pemikiran di mana semua sekat dan batas telah terangkat, dan dalam lingkungan ini kita kaum Muslim, sebagai wakil agama yang benar, perlu melancarkan suatu perjuangan besar di bidang budaya dan ilmu pengetahuan untuk mempertahankan dan menyebarluaskan kebenaran Islam.
Kaum Muslim tidak boleh tampil sebagai sosok yang bermusuhan terhadap dunia, sebagai orang yang berpandangan sempit dan keras. Sebaliknya, mereka harus memimpin seluruh dunia dalam hal akhlak, ilmu pengetahuan, pemikiran dan seni. Oleh karena satu-satunya jawaban adalah akhlak Al Qur’an, maka sebuah tanggung jawab besar dan penting jatuh ke pundak orang-orang yang berhati nurani bersih untuk menerangkan Al Qur’an kepada setiap orang dan untuk melancarkan perlawanan ilmiah, serta berusaha keras mengenyahkan Darwinisme, suatu pemikiran materialis yang bertentangan dengan Al Qur’an.
Casino - Las Vegas, NV - MapYRO
BalasHapusCasino Las Vegas, 광주 출장안마 NV. 원주 출장안마 Directions · (702) 770-8000. Call Now · View all Casino · 광주 출장샵 More 사천 출장샵 Info. Hours, Accepts Credit Cards, Wi-Fi, PokéStop, PokéStop. 여수 출장안마 Rating: 2.3 · 7,326 votes